Seperti berada di dalam kapal besar di tengah
samudera lepas. Kapal besar ini membawa berbagai macam manusia yang memiliki
tujuan bermacam-macam. Ada yang hanya ingin merasakan keindahan lautan, ada
yang ingin mencari ikan, ada yang tidak sengaja masuk kapal, atau ada yang
ingin melarikan diri dari daratan dan sebagainya. Namun ternyata terkadang
keinginan tak sesuai dengan realita. Badai laut sesekali menerjang mengombang
ambing kapal di tengah perjalanan. Membuat semuanya mabuk laut hingga lemas. Tak
sedikit yang kecewa karena tujuan-tujuan mereka yang tak kesampaian.
Suasana semakin menegangkan. Membuat semua yang berada
di dalamnya harus kuat bertarung melawan semua yang menghadang. Pagi, siang,
malam mereka lewati berbulan-bulan. Sifat asli mereka mulai terlihat. Ada yang
oportunis, pragmatis, egois, namun ada juga yang masih memiliki hati nurani
baik. Ke semuanya itu akan bereaksi manakala persediaan makanan mulai menipis. Hantaman
angin tak henti-hentinya mengukur kekuatan kapal besar tersebut. Ikan-ikan hiu
mulai bermunculan mengancam kehidupan mereka. Sesekali ikan hiu itu pun
menghantam kapal besar tersebut dari depan, belakang dan samping. Guncangan
hebat berkali-kali datang. Beberapa dari mereka ada yang terjatuh. Beberapa
yang lain ada yang menghimpun semangat perjuangan.
Sampai suatu saat kapal besar itu berlubang. Dan
banyak air yang masuk. Membuat semuanya semakin panik. Di tengah kepanikan
mereka, ada yang beranggapan bahwa harus ada yang dikeluarkan dari kapal ini
agar kapal ini bisa berjalan normal dan mengurangi beban. Dan siapakah yang
paling bertanggung jawab terhadap semuanya yang ada di kapal tersebut? Tak lain
adalah sang kapten kapal. Mereka yang kecewa dengan keadaan, berhasil membuat
konspirasi dan membangun kekuatan untuk membunuh sang kapten dan membuangnya di
tengah laut. Kekuatan mayoritas lagi-lagi tak terbendung. Beberapa kelompok
coba mencegahnya tapi gagal. Kapten kapal tak mampu berbuat banyak. Ia hanya
bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Walaupun sebelumnya ia tahu akan
ada yang membunuhnya, tapi ia tetap fokus untuk mengkondisikan kapal agar
stabil dan mampu melewati terpaan yang menghadang.
Hari itu pun datang. Tepat di malam jumat sekelompok
orang yang dimotori oleh barisan sakit hati itu pun menjalankan rencana
puncaknya untuk membunuh kapten kapal. Mereka dobrak segala yang menghadang.
Seketika itu pula ruangan kapten dipenuhi oleh manusia-manusia kesetanan.
Kordinator kelompok itu pun tak tunggu aba-aba ia langsung menghantam dada
kapten menggunakan tombak yang sudah ia siapkan dari jauh-jauh hari. Kapten pun
tersungkur, dan tak mampu berkata banyak. Ia hanya mengucapkan, terimakaasih
dan meminta maaf kepada semuanya. Manusia yang kesetanan lainnya pun ikut
menusukkan belati di perut, pinggang dan kaki sang kapten. Lalu ada pula yang
memukul kepala sang kapten dengan tongkat berpaku. Sang kapten coba menangkis
dan melawan. Sang kapten tertatih meminta bantuan kepada siapapun yang ada di
sana. Tapi semuanya telah terkondisikan agar tidak membantunya. Siapa yang
berani membantu kapten maka mereka diancam tak bermasa depan. Sang kapten pun
tak sadarkan diri. Mereka mengarak-arak tubuh sang kapten di dalam kapal. Dan
akhirnya tubuh sang kapten di buang ke laut.
Sang kapten dan anak buahnya telah
bekerja keras agar kapal tak tenggelam di akhir kematiannya. Namun, kebencian
mayoritas tak mampu dilawan hanya segelintir orang. Begitulah kisah tragis sang
kapten yang dihianati oleh penumpangnya sendiri. Sekelompok barisan sakit hati
itu pun terlihat puas bahagia melihat mayat sang kapten yang tenggelam ke dasar
laut. Tapi mereka tak pernah berfikir bagaimana kemudian masa depannya tanpa
sang kapten? Siapakah yang memiliki insting sekaliber sang kapten untuk
mengkondisikan kapal agar bisa sampai ke pelabuhan?
Komentar
Posting Komentar