26 Maret 2025 merupakan hari jadi pernikahan kami yang ke 8 tahun. Usia yang terasa begitu panjang meski seperti baru kemarin kami menjalani akad nikah. 8 tahun yang berlalu tentu ada banyak dinamika yang telah kami lalui. Baik dinamika yang kami alami berdua maupun dinamika yang kami saksikan pada lingkungan sekitar. Atas dinamika yang terjadi, ada satu hal yang kami potret sebagai sesuatu yang kami anggap penting, yaitu adalah sebuah kehangatan dalam berkeluarga. Sebab kami merasa, kehangatan keluarga ini memberikan pengaruh pada kualitas personal setiap anggota keluarga. Semakin hangat hubungan sebuah keluarga, maka akan semakin baik psikis dari setiap anggota keluarga, dan semakin baik psikis seseorang maka ia akan tumbuh jadi seseorang yang memiliki positif vibes, produktif berkarya, serta mampu membagi cinta pada banyak pihak sebab tangki cintanya terisi dengan baik. Begitupun sebaliknya, keringnya hubungan sebuah keluarga akan memberikan dampak negatif pada setiap anggota keluarga.
Misalnya pengalaman kami menjalin hubungan sebagai sepasang suami-istri selama 8 tahun. Hubungan sebagai suami-istri tidak hanya sebatas kebutuhan biologis dan kebutuhan lahiriah saja, tetapi ada kebutuhan psikologis yang harus diupayakan bersama-sama untuk menciptakan kepuasan batin atau bahasa terkininya ialah mengisi penuh tangki cinta. Mulai dari hal-hal sederhana, mulai dari penggunaan bahasa yang nyaman di telinga. Sebut panggilan dengan bahasa yang disukai. Biasakan untuk menggunakan 3 kata ajaib yaitu; tolong, maaf dan terima kasih. Saling menghargai, responsif, dan apresiatif. Hindari ucapan yang kasar, dan tindakan yang ngasal. Ini basic banget untuk membangun nuansa yang hangat di dalam rumah.
Khusus bagi suami, buat sang istri merasa dicintai. Sebab suami adalah satu-satunya teman, satu-satunya sosok pengganti ayahnya yang selama ini telah melindunginya (atau bahkan jika seorang istri tersebut tak memiliki ayah, maka semakin kuatlah harapan istri pada suaminya sebagai sosok laki-laki satu-satunya di dunia ini), suami juga satu-satunya orang yang paling dipercaya dapat membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi sang istri. Kemudian khusus bagi istri, buatlah sang suami merasa dihargai. Biarlah di luar rumah harga diri suami sering babak belur demi bertahan mencari nafkah, tapi tidak untuk di dalam rumah. Di dalam rumah, harus ada istri yang telaten memupuk percaya diri, agar pahit getirnya perjuangan mampu dihadapi oleh suami dengan kepala tegak. Suami dan istri yang tangki cintanya penuh, maka akan memberikan dampak positif untuk keduanya dalam segala aktivitas sehari-hari. Suami jadi lebih bersemangat di tempat kerja, istri juga jadi lebih bahagia menjalani hari-harinya.
Suami dan istri yang tangki cintanya terisi dengan baik, juga akan lebih mudah untuk membaginya kepada anak-anaknya, sebab anak-anak juga memiliki tangki cinta yang harus di isi. Berikan insight yang baik kepada anak-anak, mulai dari doa, kata-kata sampai sentuhan. Kehangatan hubungan orang tua pada anak akan memberikan nuansa positif pada anak sehingga mereka jadi lebih percaya diri, lebih matang secara emosi, lebih fokus, dan siap menantang dunia. Btw, kami alhamdulillah telah dikaruniai dua anak laki-laki yang saat ini berusia 6 dan 5 tahun. Tentu tidak mudah membagi cinta pada mereka dengan kondisi tangki cinta kami yang jauh dari ideal. Namun harus terus diupayakan, sebab kami menginginkan keluarga yang hangat, yang saling mencintai, menghargai, dan satu frekuensi untuk sama-sama bergerak menjalankan perintah Allah Swt.
Tentu saja membangun kehangatan keluarga ini buka perkara mudah. Apalagi jika kita pun lahir dan tumbuh dengan banyak luka. Pelan-pelan kita jalani meski awalnya tidak biasa, canggung, kaku dan bingung bagaimana memulainya untuk mewujudkannya. Semoga Allah bimbing setiap langkah baik yang kita upayakan. Semoga dengan kehangatan keluarga yang penuh dengan cinta tersebut dapat meningkatkan kualitas pribadi setiap anggota keluargaya sehingga dapat membawa kemaslahatan untuk umat.
ttd.
Kami yang memiliki banyak impian.
Imam Maulana & Dede Aristia Dewi
Komentar
Posting Komentar