Langsung ke konten utama

Postingan

Nur Agis Aulia, Bakal Calon Walikota

Nur Agis Aulia  Untuk Kota Serang Pilkada Kota Serang ini cukup menarik. Bakal calon Walikota yang muncul memiliki peluang yang sama untuk jadi. Tidak ada kekuatan yang lebih dominan.  Permasalahan ibukota provinsi Banten ini juga selalu menjadi obrolan yang tidak kalah menarik. Baik dari polemik kelayakan Kota Serang sebagai sebuah daerah ibukota provinsi, bahkan sampai status hukum Kota Serang sebagai ibukota provinsi Banten yang masih rancu.  Layaknya daerah ibukota provinsi, idealnya menjadi etalase yang menawan. Kemampuan keuangan daerah yang disebut kecil mestinya tidak melulu jadi akar masalah pembangunan.  Era disrupsi seperti sekarang ini mestinya jadi momentum untuk menemukan solusi atas segala permasalahan daerah dengan cara yang atraktif, tidak konvensional, dan gaya berfikir dari seorang pemimpin yang compatible dengan zaman.  Jujur aja, saya melihat sosok kang Nur Agis Aulia ini bukan hanya muda, tapi cukup memahami bagaimana dunia bekerja hari ini, dan bagaimana respon t
Postingan terbaru

Tentang Rumah

oleh : Imam Maulana Betapa banyak anak yang tumbuh dewasa tanpa rumah. Rumah ini bukan sekedar rumah sebagai tempat tiggal yang dapat lindungi kita kala panas dan hujan. Lebih daripada itu, rumah ini adalah rumah tempat membasuh luka, rumah tempat menceritakan kegembiraan tanpa rasa sungkan, rumah tempat memupuk percaya diri yang berantakan akibat diterjang badai.   Ya. Rumah ini bukan rumah dalam bentuk fisik. Rumah ini adalah rumah yang mendekap kita dengan penuh kasih sayang. Menenangkan ketika sedih, membangkitkan semangat saat belum juga menemukan jalan keluar, setia mendengarkan keluh kesah atau bahkan cerita romansa kehidupan anak-anak yang fitrah cintanya mulai tumbuh.   Anak-anak yang tumbuh tanpa rumah kesulitan membagi kisah. Tak miliki bekal percaya diri yang baik sebab tak pernah ada yang memeluknya. Kepedihan itu tak dirasa sampai akhirnya dewasa dan kita menyadari itu semua.   Meskipun tampak tidak adil dan sulit, bagaimanapun juga kita harus belajar menjadi rumah terbai

Film Moving : Dari Agen Supernatural Hingga Pejuang HAMAS Palestine!

Moving, serial drama korea yang menceritakan tentang mantan agen Korea Selatan yang memiliki kekuatan super. Kekuatan super tersebut sebelumnya dimanfaatkan oleh negara untuk melakukan operasi militer. Kekuatan tersebut beragam, ada yang memiliki kekuatan untuk meregenerasi luka pada tubuh, kemampuan terbang, kepekaan panca indera, hingga kekuatan manusia listrik.  Namun setelah mereka berhenti menjadi agen, kehidupannya berubah menjadi warga sipil biasa. Gak hanya itu, mereka cenderung menjauh dari pusat kota dan tinggal di daerah terpencil. Hal itu mereka lakukan untuk menyembunyikan identitas mereka, lebih khusus lagi untuk menyembunyikan anak-anak mereka yang juga memiliki kekuatan super. Sebab jika anak-anak mereka diketahui memiliki kemampuan yang sama seperti orang tuanya, maka mereka akan jadi sasaran oleh BIN (Badan Intelejen Nasional) Korea Selatan untuk direkrut menjadi agen korea yang harus siap bertaruh nyawa membela negara.  Anak-anak keturunan manusia super tersebut

Respon & Ujian Keimanan

Setiap kali Allah pertemukan kita pada sebuah kondisi, hakikatnya Allah sedang menguji tentang bagaimana respon kita terhadap hal tersebut.  Misalnya saat kita sedang di perjalanan, kemudian dipertemukan dengan seseorang yang menuntun motor di pinggir jalan, Allah hendak menguji, apakah kita akan menolong orang tersebut atau tidak? bahkan minimal, apakah kita akan bertanya tentang mengapa motornya dituntun? Atau pernahkah kita berfikir, mengapa di jalan itu sangat sepi sehingga hanya ada kita dan orang tersebut, seolah-olah Allah merencanakan situasi itu hanya untuk kita?  Ujian-ujian sederhana itu, sangat cukup mencerminkan sejauhmana kualitas keimanan kita sebagai seorang muslim bukan? Respon kita pada suatu masalah, adalah gambaran diri kita yang sebenarnya. Dan, tindakan kita, akan menegaskan posisi dimana kita berada.  Mengapa saat kita hidup, Allah hadirkan situasi yang terjadi di Palestine, kalau bukan untuk menguji sejauhmana respon kita terhadapnya? Bukan hanya tentang res

Upaya Menemukan Kegelisahan

Suatu hari saya ditanya tentang bagaimana agar kita mau membaca dan menulis. Pertanyaan sederhana yang jawabannya pasti beragam. Kita memang tidak bisa tetiba membaca buku, atau bahkan menulis sesuatu. Kita harus memiliki alasan yang kuat untuk membaca dan menulis. Alasan itulah nanti yang akan menjadi energi untuk menggerakkan kita untuk melakukan itu semua. Hal sederhana, yaitu menemukan alasan mengapa kita harus melakukan itu. Sama seperti saat kita makan, karena lapar, atau karena agar memiliki tenaga, atau bahkan karena suka aja. Alasan-alasan itulah yang mendorong kita untuk makan. Begitu juga dengan membaca dan menulis. Mengapa berat untuk melakukannya? Jawabannya adalah karena kita tidak memiliki alasan yang kuat untuk melakukan hal tersebut. Bagaimana agar kita menemukan alasan yang kuat untuk membaca dan menulis? Mungkin kita harus temukan masalah yang membuat kita gelisah untuk menyelesaikannya. Kegelisahan, kata Senior kita, adalah alfabet pertama menuju perubahan

Bagaimana Dunia Bekerja Hari Ini

Bagaimana Dunia Bekerja Hari Ini °°° (Terinspirasi Dari Webinar Socialedu #1) How the world works today, menjadi sebuah tema yang kami angkat untuk mengawali obrolan kita di awal tahun 2022 melalui webinar yang diselenggarakan oleh Socialedu Center. Kita sadari bahwa cara dunia bekerja telah banyak berubah, khususnya sejak akhir abad ke-17 dimana tengah terjadi revolusi Industri pertama yang kemudian disebut dengan Revolusi Industri 1.0. Fikiran kita mungkin terlalu jauh kalau harus membayangkan bahwa mesin uap adalah teknologi tunggal yang sangat canggih di zamannya. Namun yang kita mungkin dapat bayangkan adalah bahwa internet di zaman kita kecil (awal 90-an) adalah sesuatu yang belum pernah sampai dalam hidup kita, bahkan listrik pun benar-benar belum menerangi sebagian rumah masyarakat kita. Tapi sekarang, internet apalagi listrik adalah hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat kita. Perubahan juga terjadi pada gaya hidup. Betapa tidak pernah kita bayangkan

Mati Besar VS Mati Kerdil

                       Orang yang hidup untuk dirinya sendiri, kata Sayyid Quthub akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup untuk orang lain, akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar. Tamparan quotes ini cukup telak kita rasakan apabila kita mendapati bahwa benar diri kita selama ini memang terlalu memikirkan hidup kita sendiri. Kita seringkali terlalu gelisah kalau besok nggak bisa makan, kita terlalu takut kalau uang persediaan hidup untuk beberapa pekan ke depan mulai menipis, atau bahkan kita juga terlalu mengkhawatirkan tentang sukses atau nggaknya diri kita di masa depan. See,.. ternyata segala usaha yang kita lakukan selama hidup ini adalah untuk diri kita sendiri.             Tentang kesulitan yang dialami oleh orang lain, masalah-masalah yang tengah menjerat umat, lingkungan yang sedang nggak baik-baik aja, nggak masuk dalam daftar hal-hal yang kita anggap sebagai masalah kita. Kita selalu berfikir bahwa masalah