Langsung ke konten utama

Idul Fitri Merayakan Hari Pembebasan Diri



Oleh: Imam Maulana
Direktur Socialedu Center

 

Telah sampailah kita pada hari pembebasan, setelah sebulan penuh kita berjibaku menjalani serangkaian pelatihan. Pelatihan tersebut, bukan hanya melatih untuk menahan lapar dan haus, tetapi lebih daripada itu ialah melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik.

 

Bebas dari penghambaan kepada selain Allah. Tak dapat dipungkiri, bahwa dunia kerap membelenggu kita, bahkan tak jarang kita diperbudak olehnya. Mengejar materi hingga lupa diri, menjilat untuk meraih posisi, menggadaikan idealisme pada kekuatan-kekuatan jahat yang merugikan umat, atau bahkan sekedar scrolling hp hingga lupa waktu juga merupakan termasuk dalam menghamba pada selain-Nya.

 

Namun Ramadhan hadir menyembuhkan hati dan pikiran kita. Bahwa hanya kepada Allah saja sejatinya penghambaan ini kita lakukan. Dan kepada Allah saja kita pautkan hati ini. Sebab menghamba pada selain-Nya adalah sesuatu yang palsu dan tak abadi. Namun menghamba kepada Allah akan meraih kemuliaan di dunia dan di akhirat.

 

Bebas dari overthinking. Bebas dari overthinking adalah salah satu kemenangan yang dapat kita rayakan pada hari Idul Fitri ini. Setelah melalui Ramadhan yang penuh refleksi dan pengendalian diri, kita belajar memahami bahwa sebagian besar kecemasan bersumber dari pikiran-pikiran negatif yang berlebihan.

 

Bulan Ramadhan melatih kita untuk fokus ibadah dan menghadirkan diri sepenuhnya untuk lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa. Kedekatan kita pada Allah melahirkan sebuah ketenangan dan prasangka baik. Bahwa Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Prasangka yang baik pada Allah merupakan obat kecemasan kita pada sesuatu yang belum terjadi.  Dengan demikian, Idul Fitri menjadi momentum yang tepat untuk menanggalkan beban pikiran yang selama ini menguras energi dan kebahagiaan kita.

 

Dan ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang.

Bebas dari rasa bersalah yang selama ini membelenggu jiwa. Selama Ramadhan, kita dibimbing untuk berdamai dengan diri sendiri melalui ampunan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kita dilatih untuk menerima diri secara utuh, dengan segala kekurangan maupun kelebihan. Ini menjadi modal penting untuk melangkah ke depan dengan hati yang ringan, tanpa terus-menerus menyalahkan diri atas kesalahan di masa lalu.

Bebas dari rasa iri, dengki, dan dendam yang selama ini mungkin tersembunyi di dalam hati. Ramadhan melatih kita untuk belajar ikhlas dan ridha sehingga membuat kita merasa lebih damai dan bahagia.

Bebas dari rasa tidak peduli pada Gaza. Bahwa pikiran kita terlalu banyak memperoleh informasi, bahkan informasi yang tidak kita butuhkan. Hal tersebut membuat kita tidak fokus, dan menjadi abai dengan apa yang terjadi pada Gaza. Bahwa 50.300 muslim telah terbunuh di sana, bahwa kita sudah mulai toleran pada produk pro israel, bahwa kita benar-benar telah melupakan Gaza, bagaimana dengan kesehatan mereka, makanan mereka?

 

Jika bulan Ramadhan kemarin tak mampu mengetuk pintu hati kita untuk Gaza, untuk Baitul Maqdis, untuk Palestina, mari kita meminta ampunan kepada Allah agar Allah menyingkap pekatnya dosa yang selimuti hati kita.

 

Ramadhan seharusnya melatih kita untuk lebih peduli pada sesama. Sehingga pada hari raya idul fitri ini, kita dapat merayakan bebasnya diri kita dari rasa tidak peduli. Bebasnya diri kita untuk semakin peduli pada Gaza. Bebasnya diri kita untuk semakin berkomitmen dalam memperjuangkan pembebasan Baitul Maqdis.

Dalam hal ini, kita patut berterimakasih pada setiap orang-orang yang tak berhenti suarakan yang terjadi pada Baitul Maqdis. Semoga Allah berikan kekuatan dan kemenangan.

Dengan demikian, Idul Fitri bukan sekadar perayaan biasa, tetapi merupakan simbol nyata pembebasan hati dan pikiran dari belenggu-belenggu mental yang selama ini menghambat kita untuk tumbuh dan berkembang. Mari kita sambut hari ini dengan tekad baru, hati yang bersih, serta jiwa yang sehat, agar kita benar-benar merasakan makna sejati dari hari kemenangan ini.

Selamat Lebaran. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.

Senin, 31 Maret 2025

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mereka Yang Diperingati Satu Mei

  Oleh: Imam Maulana, S.Sos (Direktur Socialedu Center)   Di tengah genosida yang masih terjadi di Gaza oleh Israel, hari ini 1 Mei kita diajak untuk mengingat tentang sekelompok manusia yang terus berjuang dan melakukan perlawanan pada ketidakadilan. Cerita perjuangan dan perlawanan ini barangkali adalah memang agenda yang tidak terpisahkan dari kisah perjalanan umat manusia dalam melawan segala bentuk kedzaliman. Ada yang berjuang untuk mempertahankan tanah airnya seperti yang masih dilakukan oleh bangsa Palestina hingga hari ini, ada juga yang berjuang untuk memperoleh hak-haknya seperti kaum pejuang yang kita peringati hari ini. Kaum yang kita peringati hari ini memiliki peran penting pada hajat hidup orang banyak. Mereka adalah orang-orang yang membangun jalan yang kita lalui, mereka juga mengolah makanan enak yang kita makan, menjahit pakaian yang kita pakai, bahkan mereka juga adalah orang-orang yang membuat sepatu yang kita gunakan . Mereka adalah manusia-manusia dibal...

8 Tahun Menikah dan Pentingnya Kehangatan Keluarga

26 Maret 2025 merupakan hari jadi pernikahan kami yang ke 8 tahun. Usia yang terasa begitu panjang meski seperti baru kemarin kami menjalani akad nikah. 8 tahun yang berlalu tentu ada banyak dinamika yang telah kami lalui. Baik dinamika yang kami alami berdua maupun dinamika yang kami saksikan pada lingkungan sekitar. Atas dinamika yang terjadi, ada satu hal yang kami potret sebagai sesuatu yang kami anggap penting, yaitu adalah sebuah kehangatan dalam berkeluarga. Sebab kami merasa, kehangatan keluarga ini memberikan pengaruh pada kualitas personal setiap anggota keluarga. Semakin hangat hubungan sebuah keluarga, maka akan semakin baik psikis dari setiap anggota keluarga, dan semakin baik psikis seseorang maka ia akan tumbuh jadi seseorang yang memiliki positif vibes, produktif berkarya, serta mampu membagi cinta pada banyak pihak sebab tangki cintanya terisi dengan baik. Begitupun sebaliknya, keringnya hubungan sebuah keluarga akan memberikan dampak negatif pada setiap anggota kelu...

Mau Hidup 1000 Tahun Lagi

by: imammers                                 Suatu ketika ada pohon yang amat besar di sebuah desa. Akarnya kekar mencengkram tanah. Batang-batangnya membentang mengarah ke langit. Daun-daunnya yang hijau setia memayungi bumi. Saat angin bertiup keluarlah suara-suara merdu. Bisa jadi ia memiliki usia puluhan tahun atau bahkan sampai ratusan dan ribuan tahun. Setiap tahun pohon tersebut dapat menghasilkan buah-buahan yang cukup menghidupi desa dari kelaparan. Tapi, kebanyakan orang-orang desa tidak mengetahui kapan pohon besar itu mulai muncul dan tidak peduli sampai kapan pohon itu ada. Dengan berbagai cara, orang-orang desa mengambil buah dari pohon itu. Ada yang melemparinya dengan batu-batu hingga buahnya jatuh. Ada yang menyogok-nyogok dengan sebilah bambu. Ada pula yang menggoyang-goyang dahannya. Setelah mereka dapat buahny...