Setelah beberapa waktu sang kapten
mati. Pusat kendali digantikan oleh wakil sang kapten yang baru sadarkan diri
dari mabuk lautan yang cukup panjang. Ia pun sebetulnya terkejut dengan tragedi
yang menimpa kaptennya. Mau tidak mau, ia harus menjadi sang kapten baru untuk
mengkondisikan agar kapal dapat melaju hingga ke tujuan. Walaupun tidak bisa
dipungkiri bahwa insting Sang Kapten sesungguhnya jarang ada yang memilikinya.
Sekalipun wakilnya yang telah cukup lama bersamanya. Dalam waktu sekejap
seluruh awak kapal pun melupakan hal yang terjadi kemarin. Mereka menaruh
harapan betul kepada sang kapten yang baru. Karena mereka hanya bisa berbuat
tak mampu bertanggung jawab.
Sang kapten yang baru memiliki
karakter yang berbeda dari kapten sebelumnya. Ia terlalu banyak diam dalam
beberapa situasi. Padahal kapal besar ini memiliki berbagai potensi yang bisa
dikerahkan untuk melaju lebih cepat. Entahlah, sepertinya ia belum begitu
menyatu dan memahami tujuan dan kekuatan yang ada di kapal ini. Hari-hari
dilalui oleh para penmpang dengan biasa-biasa saja. Kapal besar tersebut
seperti tak memiliki arah dan tujuan. Lajunya mulai ragu-ragu. Badai pun tak
pernah datang. Namun, mendung tak jua hilang. Semilir angin menidurkan
orang-orang. Membuat semuanya tak sadar bahwa secepatnnya harus sampai atau menutupi
bagian yang berlubang. Dek bagian bawah telah terpenuhi oleh air. Hanya tinggal
menunggu waktu saja untuk tenggelam.
Tak mampu berbuat banyak. Sang
kapten baru masih tenggelam dalam kegamangan. Awak kapal hanya bisa mencerca
sambil tak berbuat apa-apa. Sembari membenarkan posisi tidurnya, mereka
berteriak, teriak melihat air semakin mendekat. Semakin banyak yang mati di
dalam kapal karena kelaparan. Ada yang stres lalu menceburkan dirinya ke dalam
laut. Ada juga yang menantang laut sambil mengacungkan jari tengahnya dengan
hati yang berdebar-debar dan mata yang terbelalak.
Samudera masih tenang. Permukaan
tampak santai. Namun biasnya tak bisa ditipu. Di dalam lautan terlihat kecamuk
gelombang begitu besar. Aneh. Tanpa gangguan dari luar, nyatanya kapal besar
ini sedang menghitung waktu mundur untuk lenyap dari permukaan. Seluruh awak
kapal bersama sang kapten baru yang pada mulanya di elu-elukan berkumpul di dek
teratas. Mereka hanya bisa memandangi tubuh kapal terlahap lautan.
Pada saat itu juga, daratan mulai
tampak. Hati mereka riang gembira, karena sebentar lagi mereka sampai ke
pelabuhan. Sedikit lagi sampai, namun baling-baling kapal tak mau berputar.
Hambatan kembali muncul. Ternyata bahan bakar kapal telah habis. Dan kapal
besar itu tak mampu melanjutkan perjalanan. Tidak ada pilihan lain selain
berenang menuju daratan. Semuanya bersiap-siap mengenakan pelampung untuk coba
berenang ke tepian. Dengan sisa-sisa semangat dan tanggung jawab, sang kapten
yang baru, ingin berperan di detik-detik akhir tugasnya sebagai kapten. Ia
menuntun dan mengkondisikan para awak kapal berenang bersama-sama dengan saling
mengikatkan tubuhnya keapada seluruh awak.
Higga akhirnya mereka yang tersisa
sampailah juga di bibir pantai. Mereka semua sejenak memandangi kapal besar
yang mereka tinggalkan tenggelam perlahan. Tenggelam bersama harapan besar.
Komentar
Posting Komentar