Langsung ke konten utama

Gaskeun Kampoeng Hayam!




Malam tadi saya berkunjung ke tempat barunya om Ihyauddin Rosyadi Elbantany di daerah Cikulur sebelum MAN 1 Kota Serang. Kali ini beliau nggak hanya melanjutkan bisnis resto ayam yang sebelumnya berlokasi di depan brimob Kota Serang, tapi juga membuat tempat ngopi, bahkan mendirikan lembaga pendidikan tahfidz al-quran.  

Sedikit banyak saya menyaksikan perjalanan beliau dalam membangun bisnis. Dari mulai percetakan, buka resto Mie Edan di Giant, resto Ayamayaman di depan brimob, sampai yang sekarang Kampoeng Hayam di Cikulur, Kota Serang.  



Selain perjalanan bisnis, saya juga sebelumnya sempat mengikuti perjalanannya sebagai aktivis mahasiswa di ujung masa pensiunnya, saat menjabat sebagai Ketua Umum KAMMI Daerah Banten. Saya ingat betul waktu itu jadi anak bawang nemenin beliau dalam konsolidasi lintas gerakan mahasiswa dalam Aksi HUT Banten tahun 2011 di sekretariat KAMMI Banten di daerah Penancangan, Kota Serang. 

Beliau bercerita tentang pandemi yang sangat berdampak pada perkembangan usahanya. Tapi alhamdulillah, jalannya Allah memang luar biasa. Sampai kemudian mulai ada angin segar untuk membuka ini dan itu. 




Selain menggali inspirasi tentang dunia bisnis, kita juga ngobrolin tentang situasi kebangsaan hari ini. Bagaimana kebijakan pemerintah pusat yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, serta isu-isu lokal yang sedang hangat di provinsi Banten. 

Semoga rame terus  Kampoeng Hayam !

(12 Juni 2021)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku Komitmen Muslim Sejati (Ust. Fathi Yakan) Bagian Pertama

BAB PERTAMA APA ARTINYA SAYA MENGAKU MUSLIM? Bagian pertama buku ini memaparkan karakteristik terpenting yang harus ada pada diri seseorang agar ia menjadi muslim sejati. Berikut akan di bahas secara ringkas karakteristik paling menonjol yang harus ada pada diri seorang muslim agar pengakuannya sebagai penganut agama ini merupakan pengakuan yang benar dan jujur.  Dalil: Qs. Al-Hajj:78 Karakteristik yang harus dimiliki agar menjadi seorang muslim sejati adalah sebagai berikut: Pertama : SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH SAYA          Syarat pertama pengakuan sebagai muslim dan sebagai pemeluk agama ini adalah hendaklah akidah seorang muslim adalah akidah yang benar dan sahih, selaras dengan apa yang terdapat dalam Al-Quran dan sunah Rasulullah Saw. Konsekuensi dari mengislamkan akidah saya: 1.            Saya harus meyakini bahwa pencipta alam ini adalah Allah Yang Hakim (Mahabija...

Kisah Zaky Sang Hafidz Qur’an #2 “Kabar Burung”

(Lanjutan Tulisan  Mujang Kurnia ) Oleh : Imam Maulana             Senja bukan gambaran kesedihan, namun senja hanya tak piawai ungkapkan kebahagiaan bertemu dengan sang malam. Burung-burung kembali ke sangkarnya. Angin sepertinya telah lama pergi, pergi bersama keinginan Zaky untuk menikahi wanita idamannya. Sore itu setelah usai muroja’ah surat At-Takwir di kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya, ia kembali teringat dengan perasaanya yang pernah bersarang dalam dadanya. Perasaan ketika ia baru saja menjadi mahasiswa baru di kampusnya. Kenangan tersebut tampaknya sulit dilupakan. Waktu yang terus mempertemukan dengan wanita tersebut malah membuat perasaannya semakin menjadi-jadi. Panah asmara seperti menusuk terlalu dalam, dalam sekali. Dialah Zaky, secinta apapun ia dengan seseorang, ia tidak akan pernah mengatakannya kepada siapapun kecuali kepada Allah di setiap sujudnya. Dadanya seketika menjadi sesak, j...

Mengembalikan Atmosfir Dakwah Yang Hilang #2 “Pejuang Spanduk”

Oleh : Imam Maulana             Tetesan air masih berjatuhan dari asbes rumah besar dakwah di komplek KPN, Kota Serang. Udara dingin menyergap masuk melalui jendela yang terbuka  di ruang kestari yang tepat bersebelahan dengan ruang depan. Di ruang tersebut terdapat 2 buah meja kerja yang disusun menempel dengan jendela, dan 1 meja lagi ditempatkan di pojok ruangan. Kabel-kabel cargeran laptop dan Hp yang kusut seperti menjadi pemandangan sehari-hari di sana. Setiap harinya pun rumah besar itu selalu didatangi oleh kader-kader dakwah yang berbeda-beda dari kampus yang berbeda-beda. Dan ruang kestari menjadi ruang bersama untuk kumpul dan berbagi ilmu. Sama halnya seperti yang terjadi pada malam yang dingin itu, ruang kestari lagi-lagi dipenuhi oleh kader-kader yang mengerjakan pekerjaannya di meja kerja bersama. Hujan lebat baru saja reda, Wildan dan Suhenda masih anteng dengan netbooknya, begitupun dengan Badri yang...