Oleh
: Imam Maulana
(Sekretaris
Umum KAMMI Daerah Serang)
            “Hanya
kecurangan yang bisa mengalahkan kami” Ucap calon presiden Indonesia saat
sebelum digelarnya pencoblosan pemilihan presiden 2014. Ungkapan tersebut
terlontar oleh pasangan calon presiden RI nomor urut dua (Jokowi-JK).
Pernyataan tersebut tentunya tidak pantas dilontarkan oleh sesosok calon
presiden. Karena ia adalah seseorang yang nantinya akan menjadi orang nomor
satu di republik ini. Dan pilpres 2014 pun usai dengan hasilnya ialah Jokowi-JK
menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2014-2019. Terlepas dari ucapannya
tersebut, sebagai warga negara yang baik, kita harus legowo dengan hasilnya
jika memang demikian adanya. Legowo, tapi tetap objektif menilai apa yang
memang terjadi sesungguhnya.
Kita tentu masih
teringat dengan konstelasi politik pasca pemilihan presiden tahun 2014 lalu.
Kubu Koalisi Merah Putih (KMP) Pendukung pasangan calon Presiden nomor urut
satu, Prabowo-Hatta memberikan gugatannya kepada Mahkamah Konstitusi perihal
kecurangan-kecurangan yang terjadi pada pilpres lalu. Kubu KMP menyatakan bahwa
ada sebuah kecurangan yang terstruktur, sistematis dan massif yang dilakukan
untuk memenangkan pemilihan presiden 2014. Namun, gugatan tersebut ditolak oleh
MK. Dan belum lama ini kembali mencuat ke publik terkait data-data kecurangan
pasangan Jokowi-JK yang isunya akan dibongkar oleh salah satu calon Kapolri
Komjen Pol Budi Gunawan seperti dinyatakan oleh Umar Abduh, pengamat intelijen.
            Isu
panas ini bergulir kembali saat mantan ajudan presiden RI era Megawati, Komjen Pol
Budi Gunawan batal dilantik menjadi Kapolri oleh Jokowi. Komjen Pol Budi Gunawan
diduga mengetahui segala macam permainan kecurangan hasil pilpres yang
dilakukan oleh kubu pasangan Jokowi-JK / Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Jika
memang benar BG memiliki bukti-bukti kecurangan, maka sebagai warga negara
Indonesia yang memegang teguh pada Pancasila sudah jelas tentu mendukung penuh
langkah Polri dalam membongkar skandal kecurangan Pilpres 2014. Langkah ini
menjadi itikad baik kepolisian dalam mengungkap kasus-kasus tindak kejahatan
demokrasi. Kendati masyarakat Indonesia saat ini mengalami kelunturan
kepercayaanya terhadap penegak hukum. Dengan penuntasan kasus ini, pihak kepolisian
akan mendapatkan apresiasi dan kepercayaan itu kembali.
Segaduh apapun
kondisi politik saat ini bergulir, sebuah kecurangan pilpres merupakan sebuah
kasus yang harus dibongkar sampai akar-akarnya. Agar hal tersebut tidak terjadi
lagi dikemudian hari. Hal ini ditempuh juga dalam rangka memberikan pelajaran
untuk pilpres-pilpres mendatang. Pasalnya memang pada pilpres lalu, banyak
pihak yang menyatakan sebuah kejelasan kecurangan yang dilakukan oleh pasangan
Jokowi-JK. Namun, fakta-fakta tersebut dimentahkan dalam sidang MK. 
Jika memang terbukti
kubu jokowi – JK melakukan kecurangan , secara etika pasangan tersebut telah
menciderai demokrasi serta batal atau tidak sah menjabat sebagai presiden
secara hukum. Dan tidak pantas untuk tetap menjabat sebagai kepala negara. Agar
kasus ini segera selesai. Polri harus berani tegas dan tanggap dalam menangani
kasus yang membelit Presiden Indonesia ke- 7 tersebut. Komisi Pemilihan Umum
pun akan terlibat kembali jika kasus ini terkuak. Jangan beri ruang kejahatan
untuk bisa bernafas dengan leluasa. Adapun pada saat berjalannya proses
penindakan ini tentu akan menghadapi kekuatan besar yang akan melawan
mati-matian untuk menjaga tampuk kepemimpinan.
Dalam hal ini DPR
sebagai lembaga yang juga bertugas mengontrol jalannya pemerintahan harus jeli
melihat permasalahan yang ada. Dan secepatnya agar menindaklanjuti serta
mendorong penegakan hukum yang berlaku.
Sosok kepala negara
itu tentu akan mempengaruhi penilaian orang lain terhadap negara yang
dipimpinnya. Indonesia sebagai negara yang beradab rasanya tidak pantas jika
dipimpin oleh Presiden hasil praktik curang. Mau dibawa kemana harga diri
bangsa ini jika kepala negaranya saja tidak mencerminkan sebagaimana mestinya. Sudah
cukup saya kira Indonesia dilecehkan bangsa lain pada kepemimpinan Jokowi ini.
Dan lagi-lagi untuk mengembalikan citra bangsa Indonesia, kasus ini harus
segera dituntaskan. 
Isu ini pun mungkin
akan hilang begitu saja apabila tidak ada dukungan dari masyarakat kepada pihak
Polri. Semua elemen bangsa tentunya harus memberikan support moril terhadap
itikad baik Pori ini jika mereka betul-betul serius membongkar kasus tersebut.
Setidaknya Pori dapat segera meminimalisir cikal bakal kegaduhan polemik
politik negeri ini.
Jangan sampai
founding father bangsa ini menanggung malu akibat masa depan Indonesia saat
ini. Mereka telah berjuang mati-matian agar Indonesia menjadi negara yang
berdaulat, adil dan makmur. Tak mungkinlah mereka akan tenang dalam keabadian
sana, apabila negeri yang mereka perjuangkan dulu, kini menjadi negeri serba
tipu-tipu.Negeri yang membiarkan kecurangan dan mengubur keadilan. Negeri yang
permisif, Negeri yang mewajarkan segala tindak kejahatan. Apakah ini yang
diajarkan bapak-bapak pahlawan negeri ini? Jelas tidak. 
jika memang benar apa yang disampaikan oleh komjen budi tersebut maka apa yang pernah dibeberkan oleh umar abduh saat detik2 akhir hasil pilpres akan diumumkan maka hal ini sangat melukai nilai-nilai kejujuran dan demokrasi yang dikatakan oleh pasangan calon presiden yang kini telah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden sungguh sangat menciderai nilai-nilai demokrasi dan kejujuran itu sendiri padahal mereka adalah pemimpin bangsa yang seharusnya mengajarkan orang2 yang dipimpinnya untuk menjaga nilai2 tersebut
BalasHapus