Langsung ke konten utama

Anak-Anak Hijrah Zaman Old & Now




***

Ngerasa nggak sih, trend pemuda hijrah ini bukan trend yang baru. Di akhir tahun 80an, dan terus memuncak pada tahun 90an, trend ini juga sempat begitu familiar di kalangan anak-anak muda Indonesia. Bedanya, dulu trend hijrah ini ruang lingkupnya sangat terbatas.

Hanya dirasakan oleh sebagian anak-anak kampus yang kerap aktif di masjid kampus. Anak-anak masjid ini katanya sedang bersemi di berbagai kampus, utamanya di kampus-kampus besar di Indonesia.

Anak-anak kampus ini bergumul di masjid kampus konon salah satu faktornya merupakan hasil dari dibatasinya ruang gerak berkespresi oleh rezim orde baru pada waktu itu. Sehingga mereka memilih masjid kampus sebagai pusat aktivitas mereka, karena relatif lebih aman, meskipun _Intel_ tetap mengintai.

Yang mereka (anak-anak hijrah zaman old) lakukan, mirip-mirip dengan anak-anak hijrah hari ini (zaman now). Mereka aktif mengikuti kajian keislaman yang begitu agresif merangsang jamaahnya untuk bersemangat dalam ibadah. Melaksanakan apa yang Allah perintahkan, dan meninggalkan apa yang Allah larang.

Tema awal dalam pembentukan anak-anak hijrah zaman old, adalah perbaikan diri ( _islahul fardhi_ ). Bukankah perbaikan diri itu juga adalah tema sentral daripada anak-anak hijrah zaman now?

Namun sayang, anak-anak hijrah zaman now, rasa-rasanya tak akan sekuat zaman old, apabila mereka tidak didukung oleh ikhtiar sistem pendidikan Islam (tarbiyah islamiah) yang integral, guna lebih terjaga semangat hijrahnya.

Istimewanya anak-anak hijrah zaman now ini tidak terbatas hanya menyasar anak-anak kampus yang kerap nongkrong di masjid kampus, melainkan menggaet anak-anak muda yang justru nongkrongnya di cafe, alun-alun, club-club hobi, dan tempat-tempat anak muda lainnya yang tidak dijangkau oleh anak-anak hijrah zaman now.

Ini ciri-ciri era Disruption ala-ala Prof. Rhenald Kasali. Bahwa ada sebuah pergerakan yang pola nya tidak sama dengan pola lama. Pola nya lebih dinamis dan acak, begitu kurang lebih.

Kalau dicek lebih dalam, ada benarnya juga, perhatikan saja, anak-anak hijrah zaman now adalah sekumpulan orang yang tak terikat oleh sistem kaderisasi yang mengekang (ciri generasi YZ), sedang anak-anak hijrah zaman old adalah sekumpulan orang-orang yang terikat oleh sistem kaderisasi (ciri generasi X).

Iya, terikat oleh sistem kaderisasi, seperti kamu, aku dan kita semua di sini (kalo masih seneng liqo).✌🏼

So what?

_Nanti kite sambung lagi, Insya Allah_

Imam Maulana
(Serang, 19/11/2018)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku Komitmen Muslim Sejati (Ust. Fathi Yakan) Bagian Pertama

BAB PERTAMA APA ARTINYA SAYA MENGAKU MUSLIM? Bagian pertama buku ini memaparkan karakteristik terpenting yang harus ada pada diri seseorang agar ia menjadi muslim sejati. Berikut akan di bahas secara ringkas karakteristik paling menonjol yang harus ada pada diri seorang muslim agar pengakuannya sebagai penganut agama ini merupakan pengakuan yang benar dan jujur.  Dalil: Qs. Al-Hajj:78 Karakteristik yang harus dimiliki agar menjadi seorang muslim sejati adalah sebagai berikut: Pertama : SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH SAYA          Syarat pertama pengakuan sebagai muslim dan sebagai pemeluk agama ini adalah hendaklah akidah seorang muslim adalah akidah yang benar dan sahih, selaras dengan apa yang terdapat dalam Al-Quran dan sunah Rasulullah Saw. Konsekuensi dari mengislamkan akidah saya: 1.            Saya harus meyakini bahwa pencipta alam ini adalah Allah Yang Hakim (Mahabija...

Kisah Zaky Sang Hafidz Qur’an #2 “Kabar Burung”

(Lanjutan Tulisan  Mujang Kurnia ) Oleh : Imam Maulana             Senja bukan gambaran kesedihan, namun senja hanya tak piawai ungkapkan kebahagiaan bertemu dengan sang malam. Burung-burung kembali ke sangkarnya. Angin sepertinya telah lama pergi, pergi bersama keinginan Zaky untuk menikahi wanita idamannya. Sore itu setelah usai muroja’ah surat At-Takwir di kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya, ia kembali teringat dengan perasaanya yang pernah bersarang dalam dadanya. Perasaan ketika ia baru saja menjadi mahasiswa baru di kampusnya. Kenangan tersebut tampaknya sulit dilupakan. Waktu yang terus mempertemukan dengan wanita tersebut malah membuat perasaannya semakin menjadi-jadi. Panah asmara seperti menusuk terlalu dalam, dalam sekali. Dialah Zaky, secinta apapun ia dengan seseorang, ia tidak akan pernah mengatakannya kepada siapapun kecuali kepada Allah di setiap sujudnya. Dadanya seketika menjadi sesak, j...

Mengembalikan Atmosfir Dakwah Yang Hilang #2 “Pejuang Spanduk”

Oleh : Imam Maulana             Tetesan air masih berjatuhan dari asbes rumah besar dakwah di komplek KPN, Kota Serang. Udara dingin menyergap masuk melalui jendela yang terbuka  di ruang kestari yang tepat bersebelahan dengan ruang depan. Di ruang tersebut terdapat 2 buah meja kerja yang disusun menempel dengan jendela, dan 1 meja lagi ditempatkan di pojok ruangan. Kabel-kabel cargeran laptop dan Hp yang kusut seperti menjadi pemandangan sehari-hari di sana. Setiap harinya pun rumah besar itu selalu didatangi oleh kader-kader dakwah yang berbeda-beda dari kampus yang berbeda-beda. Dan ruang kestari menjadi ruang bersama untuk kumpul dan berbagi ilmu. Sama halnya seperti yang terjadi pada malam yang dingin itu, ruang kestari lagi-lagi dipenuhi oleh kader-kader yang mengerjakan pekerjaannya di meja kerja bersama. Hujan lebat baru saja reda, Wildan dan Suhenda masih anteng dengan netbooknya, begitupun dengan Badri yang...