(Lanjutan Tulisan Mujang Kurnia)
Oleh :
Imam Maulana
Senja bukan gambaran kesedihan, namun senja hanya tak
piawai ungkapkan kebahagiaan bertemu dengan sang malam. Burung-burung kembali
ke sangkarnya. Angin sepertinya telah lama pergi, pergi bersama keinginan Zaky
untuk menikahi wanita idamannya. Sore itu setelah usai muroja’ah surat
At-Takwir di kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya, ia kembali teringat
dengan perasaanya yang pernah bersarang dalam dadanya. Perasaan ketika ia baru
saja menjadi mahasiswa baru di kampusnya. Kenangan tersebut tampaknya sulit
dilupakan. Waktu yang terus mempertemukan dengan wanita tersebut malah membuat
perasaannya semakin menjadi-jadi. Panah asmara seperti menusuk terlalu dalam,
dalam sekali. Dialah Zaky, secinta apapun ia dengan seseorang, ia tidak akan
pernah mengatakannya kepada siapapun kecuali kepada Allah di setiap sujudnya.
Dadanya seketika menjadi sesak, jika harus tahu bahwa wanita idamannya bukanlah
masa depannya. Tapi ia bertekad untuk menghapus perasaan itu dengan
bersungguh-sungguh menjadi tahfidz 30 juz.
2 Tahun sudah setelah ia wisuda, kini hafalannya sudah
hampir 20 Juz. Ia hiasi malam-malamnya dengan bersimpuh memohon untuk
dihilangkan perasaan yang semestinya tidak bersarang terlalu lama, terlebih
perasaan yang tidak halal baginya.
***
Suatu ketika ia diminta untuk menjadi pemateri oleh
organisasinya semasa ia di kampus. Zaky sangat senang apabila diminta mengisi
kegiatan mahasiswa (halah biar inget aje itu mah sama si dia, ya kan jang? Eh
Zak? Hee). Setelah ia membius ratusan mahasiswa dengan kata-kata saktinya, ia
pun berbincang-bincang dengan adik-adik kelasnya.
“Wahhh keren banget akh Zaky, tadi semuanya pada nangis
pas dimuhasabah” Ujar Rizal.
“Ah bisa aja. Malah tadi itu gak ada persiapan yang
matang loh zal. Tapi syukur deh, ana lebih senang lagi setelah acara ini ada
perubahan buat mereka” Balas Zaky.
Ahhh begitulah Zaky, ia selalu merendah tapi ia juga tak
bisa menyembunyikan sifat ke GRannya pada orang lain.
“Zal, alumni-alumni suka pada mampir ke kampus gak
setelah kita wisuda?”
“Hmm, siapa ya akh? Kemarin sih ada yang teteh-teteh gak
jadi nikah itu”
“Lah, emang ada? Masa sih? Kok gak ada kabar macam itu ke
ana ya?”
“Gatau ding, lupa juga takut salah lah, hee”
Zaky langsung teringat dengan
wanita idamannya, dan hatinya sedikit berkecamuk. Zaky sedikit gusar dan
bingung, apa sebetulnya yang harus ia rasakan mendengar kabar itu? apakah
bahagia melihat teman seperjuangannya tidak jadi menikah? Atau senang karena ia
punya kesempatan untuk menikahinya?
***
To be continued...
Kasian si Zaky, dari kisah pertama dan kedua perasaannya di main2kan saja oleh penulisnya.... hehehehhee...
BalasHapusbiar ratingnya nnaik. heee
BalasHapusKacau...
BalasHapusTapi ckeren ini tulisan..
BalasHapus