Oleh : Imam Maulana
(Sekjend KAMMI Daerah Serang 2014-2015)
Hujan
air mata dari pelosok negeri
Saat
melepas engkau pergi
Berjuta
kepala tertunduk haru
Terlintas
nama seorang sahabat
Yang
tak lepas dari namamu
Penggalan syair karya Iwan Fals
tentu mengingatkan kita akan sosok founding father salah satu proklamator
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siapa tak kehilangan bapak
koperasi ini? Ia terlahir bukan hanya untuk Indonesia, bahkan tercatat dalam
sejarah perjuangan peradaban dunia. Pemuda yang memanjakan usianya dengan
berbagai aktivitas-aktivitas pembebasan. Dan situasi imperialisme jadi latar
adegan perjuangan merebut hak milik rakyat Indonesia, Yakni kemerdekaan. Memang
kondisi yang sulit selalu berhasil mencetak orang-orang luar biasa, seperti
Moh. Hatta.
Perjuangannya menjadi pembaharu
peradaban di awali dari ketertarikan beliau dengan dunia pergerakan pemuda.
Bapak proklamator yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 ini menerjunkan
dirinya dalam sebuah perkumpulan pemuda yang pada waktu itu dikenal dengan Jong
Sumatranen Bond tahun 1916. Beliau diberikan amanah untuk menjadi bendahara di organisasi
tersebut. Bung hatta ini betul-betul meresapi tugasnya sebagai pemegang dan
pengelola keuangan. Keuangan ini akan lancar manakala di support oleh
kedisiplinan dan rasa tanggung jawab para anggotanya.
Darah pemuda seolah semakin
panas mengalir dalam pembuluh darahnya. Ia selalu haus dan ingin melampiaskan
giroh perjuangannya dengan terlibat aktif dalam sebuah pergerakan pemuda yakni,
Indische Vereniging saat ia belajar di Handels Hoge School tepatnya di
Rotterdam, Belanda tahun 1921. Yang pada tahun 1922 berganti nama menjadi
Indonesische Vereniging. Dan berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia,
karena pada saat itu mereka menolak kerjasama dengan Belanda. Sebuah gerakan
yang dilahirkan oleh PI ini ialah salah satunya gerakan-gerakan kultural
seperti menulis surat kabar. Sehingga terbitlah majalah yang bernama Hindia
Putra, yang pada tahun 1924 berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bapak ahli ekonomi serta politik
ini juga sempat menjadi ketua PI di tahun 1926 – 1930. Dalam perkembangannya PI
juga turut mempengaruhi arah laju politik rakyat di Indonesia dengan melakukan
propaganda-propaganda yang begitu massif di Belanda. Dengan gerakannya tersebut
pulalah PI diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebngsaan (PPPI) sebagai
pos depan dari pergerakan nasional ada di Eropa.
Sebagai tokoh gerakan pemuda
yang cukup disegani dan namanya harum sampai pelosok nusantara ini dengan
percaya diri memimpin delegasi Kongres Dmokrasi Internasional untuk Perdamaian
di Bierville, Prancis tahun 1926. Salah satu tujuannya ialah beliau ingin
memperkenalkan nama ‘Indonesia’. Yang secara resmi diakui oleh kongres, tanpa
banyak oposisi. Daya nalarnya sebagai revolusioner ini salah satunya ia dapatkan
dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial. Ia bertemu dengan
beberapa tokoh pergerakan buruh seperti G.Ledebour dan Edo Fimmen , serta
tokoh-tokoh Negarawan di Asia Afrika.
Sebagai tokoh pergerakan pemuda ia tak kenal henti menyaringkan suaranya
di mimbar-mimbar Internasional. Seperti dalam acara Liga Wanita Internasional
untuk Perdamaian dan Kebebasan di Gland, Swiss. Ia ceramah tentang Indonesia
dan Persoalan Kemerdekaan. Yang juga pernah pidato tentang ‘Indonesia Vrij’
pada pembebasannya oleh Mahkamah Pengadilan di Den Haag. Kemudian diterbitkan
sebagai brosur dengan nama “Indonesia Vrij” yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia sebagai buku yang berjudul “Indonesia Merdeka”.
Setelah lulus
dari studinya di Negeri Belanda pada bulan juli 1932, kesibukkan utama Hatta
adalah menulis berbagai artikel tentang politik dan ekonomi untuk daulat ra’jat
dan melakukan berbagai kegiatan politik. Tidak ketinggalan pula sebuah pendidikan
kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia pun di garap
olehnya.
Raganya boleh
terpisah dari hiruk pikuk dunia luar. Namun fikirannya luas terbang menembus
angkasa. Ia aktif menulis buku berjudul
“Krisis Ekonomi dan Kapitalisme” justru saat ia dipenjara di Glodok dan
Cipinang selama hampir satu tahun dan setelah itu dibuang di Boven Digoel. Hal
demikian memang kerap kali kita jumpai oleh pemuda di kalangannya pada zaman
itu. Betapa heroisme perjuangan masih berkobar-kobar tuk memperjuangkan
kebebasan. Di penjara dan di buang sudah menjadi makanan sehari-hari pemuda
Indonesia.
Kemerdekaan
Indonesia bukanlah akhir dari sejarah perjuangan Bung Hatta. Akan tetapi
tantangan berikutnya ialah bagaimana mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Karena rupanya setelah Jepang mundur dari Indonesia dan proklamasi terjadi
tahun 1945, Belanda kembali bermaksud kuasai Indonesia. Perjanjian-perjanjian
pun dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Seperti perjanjian Linggarjati
dan perjanjian Renville. Namun, lagi-lagi Belanda bersikap licik dan selalu melanggar
perjanjian tersebut.
Membaca gerakan tersebut Bung Hatta
bergegas mencari dukungan atas kemerdekaan Indonesia. Ia terbang ke India dan
menemui Nehru dan Mahatma Gandhi tahun 1947. Pertemuan tersebut menghasilkan
sebuah jaminan dari Nehru bahwa ia berjanji India akan melakukan resolusi dan
protes kepada PBB agar Belanda dihukum.
Dinamika kemerdakaan Indonesia kembali
menemukan kerikil dalam perjalanannya. September 1948, PKI melakukan
pemberontakan. Serta Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden ditawan dan diasingkan ke Bangka. Dengan situasi
Indonesia yang semakin bergejolak, Panglima Besar Soedirman terus melanjutkan
memimpin perjuangan bersenjata. Dan akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 di
Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam konferensi Meja
Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari ratu Juliana.
Lagi-lagi darah juangnya tak surut
dilahap zaman. Selama ia menjadi Wakil Presiden, ia tetap melakukan
gerakan-gerakan pencerdasan melalui ceramah-ceramah dan aktif di dunia
tulis-menulis. Ialah pak wakil presiden kita yang gigih membawa dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ialah salah satu guru besar kita dalam
dunia gerakan pemuda Indonesia.
Komentar
Posting Komentar