Langsung ke konten utama

4 April 2014


oleh : Imammers

            Jujur, setiap kali saya mendengarkan instrument music Kitaro-Koi, memori otak saya langsung berputar mengingat hal-hal yang sudah terjadi selama saya menjadi kader dakwah kampus. Alunan nadanya mengajak saya untuk membayangkan semua hal yang pernah saya lewati ketika awal-awal saya terjerembab dalam wadah ini. Sungguh saya tidak bisa membendung keinginan saraf otak saya untuk memejamkan mata lalu saya kembali kepada saat-saat saya menjalani perjuangan yang banyak sekali membuat saya belajar tentang arti kehidupan. Musik ini selalu berhasil membuat mata ini berkaca-kaca, hati ini berdegup tak biasa, aliran darah serasa pasrah, jiwa ini benar-benar berguncang hebat. Ada apakah sebenarnya? Sampai seperti itukah rasanya ketika mengenang masa-masa yang telah lalu?
            Ternyata hal ini tak lain adalah karena Cinta. Saya mencintai jalan ini sebagaimana cintanya Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.  kepada Fatimah, saya sungguh akan selalu merindukan perjuangan saat dikampus sebagaimana rindunya Khalid bin Walid ra. akan mati syahid di medan pertempuran. Saya amat takut jika nanti saya meninggalkan jalan ini sebagaimana takutnya Saad bin Abi Waqash ra. terhadap lemahnya keimanan pasukannya.
            Saya sebelumnya tidak pernah menyangka jika harus tergabung dalam keadaan seperti ini. Yang saya khawatirkan saat ini adalah, saya khawatir akan bertemunya hari dimana saya harus dipisahkan dengan teman-teman seperjuangan saya di jalan ini. Karena bagaimanapun saya dan teman-teman saya sudah sangat dekat, hampir setiap hari kita bertemu. Dan setiap hari juga kita saling mendoakan yang terbaik untuk yang lainnya. Ukhuwah yang kita bangun benar-benar telah tertancap dalam hati masing-masing. Sehingga jika tidak bertemu satu hari saja pasti saling mencari.
            Hari ini saya menghadiri acara kerukunan pemilu yang diselenggarakan oleh Menteri dalam negeri RI. Dalam acara tersebut, sahabat saya Akh Deden yang pada saat itu sedang menjabat sebagai presiden mahasiswa menjadi pembicara bersama Ust.Oka. lalu ada Akh Fahmi ketua KAMMI Untirta menjadi Moderator pembicara. Saya melihat mereka penuh dengan optimis menyongsong pemilu legislative  yang akan disleenggarakan pada 9 April nanti. Peserta pun antusias mengikuti dialog tersebut.
Jika saya melihat akh Deden, saya teringat dengan perjuangan bersamanya dalam pemilihan umum mahasiswa di kampus (IAIN SMH Banten). Pada PUM tahun 2012, kita pernah memasang poster kampanye tengah malam. Saat itu jam menunjukan pukul sekitar 23.00. kita pasang poster-poster yang digantungkan di seluruh tiang kampus. Badan sudah sangat lelah, ditambah guyuran hujan dan petir yang menyambar membuat badan semakin ingin cepat beristirahat. Namun, melihat poster yang masih banyak belum terpasang membuat kami tertahan dan memaksakan diri untuk terus bekerja. Kita pun saling memotivasi saat kita memasang poster kampanye tersebut agar kita saling kuat menguatkan. Ada kata-kata yang tidak pernah kita lupakan saat itu. “setidaknya jika kita gak menang , kita gak nyesel karena kita sudah maksimal’’. Sontak langsung semangat itu pun kembali hadir, walaupun sudah lewat pukul 02.00. Dingin terus menghantui kita yang tanpa sadar kebasahan. Akhirnya beres semua, kita pun langsung bergegas pulang ke komsat untuk istirahat. Allah berkehendak lain pada PUM 2012. Kita atas nama Partai Mahasiswa Reformis Sejati belum dimenangkan dalam pertarungan oleh Allah. Namun satu tahun kemudian, Allah membalas doa-doa kita. Alhamdulillah pada PUM akhir tahun 2013, Allah mempercayai kita (aktivis dakwah kampus) untuk memegang kendali kampus (BEM/DEMA). Yang Presiden mahasiswanya adalah akh Deden, sahabat saya yang punya cita-cita besar menjadi orang besar. Pada saat itu, kita tidak hanya mendapatkan Presiden mahasiswa, tapi juga mendapatkan gubernur fakultas di fak.syariah dan ekonomi islam, yang dimenangkan oleh akh Ujang, sahabat saya yang sangat saya contoh semangatnya (dulu). Dalam jargon IDAMAN akhirnya aktivis dakwah kampus kembali memegang kepemimpinan kampus untuk tahun 2014 (sekarang).
Setelah mengikuti agenda tersebut saya memisahkan diri untuk pulang ke lab.gerakan (komsat KAMMI IAIN) yang terletak di ciwaktu lor. Lab.gerakan tampak sepi dari penghuninya. Saya pun sejenak mengistirahatkan diri untuk bersiap-siap hadir pada rapat internal bidang PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) LDK “UF”. Acara rapat yang diagendakan pukul 16.00 tampaknya sekali lagi tidak tepat waktu. Kita memulai rapat pada pukul 16.30 . Ada 5 orang yang hadir rapat. Saya, Akh Fadli (ketua bidang PSDM), Ukh.Umi, Ukh.Amel dan Ukh.Iroh. ada satu orang yang tidak hadir, yakni Ukh.Dede. dalam rapat tersebut, seperti biasanya kita membahas agenda yang dilaksanakan oleh bid.PSDM. Perlu teman-teman tahu bahwa bid.PSDM atau dulu biasa disebut Kaderisasi ini menjadi bidang yang amat saya minati. Entah kenapa saya sangat menginginkan berada di bidang tersebut sejak semester 3. Mungkin karena saya menyukai bidang yang berkaitan tentang perekrutan dan pembinaan kader.
Saya melihat gurat kelelahan yang menghinggapi pengurus PSDM saat itu. Mungkin karena rapatnya terlalu sore. Mereka pun sama seperti saya. Mereka mencintai jalan dakwah ini. Pada rapat tersebut, kita membahas tentang waktu agenda Evaluasi mentoring, Jalasah ruhiyah, taskif mabit, halaqoh pengurus dan pembentukan OC kegiatanTraining Manajemen Dakwah 1.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku Komitmen Muslim Sejati (Ust. Fathi Yakan) Bagian Pertama

BAB PERTAMA APA ARTINYA SAYA MENGAKU MUSLIM? Bagian pertama buku ini memaparkan karakteristik terpenting yang harus ada pada diri seseorang agar ia menjadi muslim sejati. Berikut akan di bahas secara ringkas karakteristik paling menonjol yang harus ada pada diri seorang muslim agar pengakuannya sebagai penganut agama ini merupakan pengakuan yang benar dan jujur.  Dalil: Qs. Al-Hajj:78 Karakteristik yang harus dimiliki agar menjadi seorang muslim sejati adalah sebagai berikut: Pertama : SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH SAYA          Syarat pertama pengakuan sebagai muslim dan sebagai pemeluk agama ini adalah hendaklah akidah seorang muslim adalah akidah yang benar dan sahih, selaras dengan apa yang terdapat dalam Al-Quran dan sunah Rasulullah Saw. Konsekuensi dari mengislamkan akidah saya: 1.            Saya harus meyakini bahwa pencipta alam ini adalah Allah Yang Hakim (Mahabija...

Kisah Zaky Sang Hafidz Qur’an #2 “Kabar Burung”

(Lanjutan Tulisan  Mujang Kurnia ) Oleh : Imam Maulana             Senja bukan gambaran kesedihan, namun senja hanya tak piawai ungkapkan kebahagiaan bertemu dengan sang malam. Burung-burung kembali ke sangkarnya. Angin sepertinya telah lama pergi, pergi bersama keinginan Zaky untuk menikahi wanita idamannya. Sore itu setelah usai muroja’ah surat At-Takwir di kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya, ia kembali teringat dengan perasaanya yang pernah bersarang dalam dadanya. Perasaan ketika ia baru saja menjadi mahasiswa baru di kampusnya. Kenangan tersebut tampaknya sulit dilupakan. Waktu yang terus mempertemukan dengan wanita tersebut malah membuat perasaannya semakin menjadi-jadi. Panah asmara seperti menusuk terlalu dalam, dalam sekali. Dialah Zaky, secinta apapun ia dengan seseorang, ia tidak akan pernah mengatakannya kepada siapapun kecuali kepada Allah di setiap sujudnya. Dadanya seketika menjadi sesak, j...

Mengembalikan Atmosfir Dakwah Yang Hilang #2 “Pejuang Spanduk”

Oleh : Imam Maulana             Tetesan air masih berjatuhan dari asbes rumah besar dakwah di komplek KPN, Kota Serang. Udara dingin menyergap masuk melalui jendela yang terbuka  di ruang kestari yang tepat bersebelahan dengan ruang depan. Di ruang tersebut terdapat 2 buah meja kerja yang disusun menempel dengan jendela, dan 1 meja lagi ditempatkan di pojok ruangan. Kabel-kabel cargeran laptop dan Hp yang kusut seperti menjadi pemandangan sehari-hari di sana. Setiap harinya pun rumah besar itu selalu didatangi oleh kader-kader dakwah yang berbeda-beda dari kampus yang berbeda-beda. Dan ruang kestari menjadi ruang bersama untuk kumpul dan berbagi ilmu. Sama halnya seperti yang terjadi pada malam yang dingin itu, ruang kestari lagi-lagi dipenuhi oleh kader-kader yang mengerjakan pekerjaannya di meja kerja bersama. Hujan lebat baru saja reda, Wildan dan Suhenda masih anteng dengan netbooknya, begitupun dengan Badri yang...