Langsung ke konten utama

Nasrudin Wisuda


Oleh : Imammers

Akh Nasrudin, kini antum telah wisuda. Banyak cerita yang telah kita lalui bersama di kampus jingga. Antum bagi kami adalah sosok kaka yang paling mengerti keadaan kita dan faham bagaimana sifat dan karakter kita. Antumlah yang mempersatukan kita saat kita terasa mulai renggang, dipersatukan dengan martabak Assen hehe... antum yang paling dewasa diantara kita. Jujur, kita sangat berat, jika harus ditinggalkan antum akh Nas. Walaupun antum tertua diantara kita, tapi kita salut dengan antum yang tak canggung bercengkrama dan hidup bersama kita, hehe... Kita yakin antum akan menjadi orang nas (yaiyalah ya hhee). Akh Nasrudin, ingat gak waktu itu antum di musuhin oleh kita? Hehe.. karena tidak kordinasi dengan kita terkait apapun itu. Mungkin telah kita sadari ternyata apa apa yang kita rumuskan, semuanya berhasil akhi. Daru merumuskan kemenangan kampus sampai kesuksesan agenda agenda kita. Akh Nas, inget gak waktu tinggal di komsat, setiap mau tidur antum stell musik Kitaro? Trus lampu semuanya di matiin, kita sama-sama dengerin alunan musik yang indah itu. Walaupun perut keroncongan. Hehe... Akh Nas, luar biasa ya pas waktu bkin agenda DM 2, masya Allah... sampe lemmesss bkim acara Nasional gak ada modal, cari ksana kmari. Huuuaah...
Terlalu banyak knangan akh... kita hanya ingin minta maaf selama ini suka ngeledek antum.. hehe i tu mah deden nas... ana mah nggak pernah. Nggak pernah di depan antum maksudnya... haa
Nas, gimama perbincangan kita yang di REL masih tah? Wedehhh.... hehe...
Selamat akh atas wisudanya. Semalam, ana pengen nangis melihat spanduk antum pas lagi dipasang.. Akh nas akhirnya wisuda. Kapan kita nyusul?
Bismillah, tahun depan kita wisuda!!!!

By : Kita yang selalu menang!!! Salam Bintang Negarawan!!!


Komentar

  1. Nas, masih inget ane kan? (koment ini ditulis dan dibaca pada 10 tahun lagi ya!!)

    BalasHapus
  2. haaa.... jang tahun depan wisuda kita....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku Komitmen Muslim Sejati (Ust. Fathi Yakan) Bagian Pertama

BAB PERTAMA APA ARTINYA SAYA MENGAKU MUSLIM? Bagian pertama buku ini memaparkan karakteristik terpenting yang harus ada pada diri seseorang agar ia menjadi muslim sejati. Berikut akan di bahas secara ringkas karakteristik paling menonjol yang harus ada pada diri seorang muslim agar pengakuannya sebagai penganut agama ini merupakan pengakuan yang benar dan jujur.  Dalil: Qs. Al-Hajj:78 Karakteristik yang harus dimiliki agar menjadi seorang muslim sejati adalah sebagai berikut: Pertama : SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH SAYA          Syarat pertama pengakuan sebagai muslim dan sebagai pemeluk agama ini adalah hendaklah akidah seorang muslim adalah akidah yang benar dan sahih, selaras dengan apa yang terdapat dalam Al-Quran dan sunah Rasulullah Saw. Konsekuensi dari mengislamkan akidah saya: 1.            Saya harus meyakini bahwa pencipta alam ini adalah Allah Yang Hakim (Mahabija...

Kisah Zaky Sang Hafidz Qur’an #2 “Kabar Burung”

(Lanjutan Tulisan  Mujang Kurnia ) Oleh : Imam Maulana             Senja bukan gambaran kesedihan, namun senja hanya tak piawai ungkapkan kebahagiaan bertemu dengan sang malam. Burung-burung kembali ke sangkarnya. Angin sepertinya telah lama pergi, pergi bersama keinginan Zaky untuk menikahi wanita idamannya. Sore itu setelah usai muroja’ah surat At-Takwir di kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya, ia kembali teringat dengan perasaanya yang pernah bersarang dalam dadanya. Perasaan ketika ia baru saja menjadi mahasiswa baru di kampusnya. Kenangan tersebut tampaknya sulit dilupakan. Waktu yang terus mempertemukan dengan wanita tersebut malah membuat perasaannya semakin menjadi-jadi. Panah asmara seperti menusuk terlalu dalam, dalam sekali. Dialah Zaky, secinta apapun ia dengan seseorang, ia tidak akan pernah mengatakannya kepada siapapun kecuali kepada Allah di setiap sujudnya. Dadanya seketika menjadi sesak, j...

Mengembalikan Atmosfir Dakwah Yang Hilang #2 “Pejuang Spanduk”

Oleh : Imam Maulana             Tetesan air masih berjatuhan dari asbes rumah besar dakwah di komplek KPN, Kota Serang. Udara dingin menyergap masuk melalui jendela yang terbuka  di ruang kestari yang tepat bersebelahan dengan ruang depan. Di ruang tersebut terdapat 2 buah meja kerja yang disusun menempel dengan jendela, dan 1 meja lagi ditempatkan di pojok ruangan. Kabel-kabel cargeran laptop dan Hp yang kusut seperti menjadi pemandangan sehari-hari di sana. Setiap harinya pun rumah besar itu selalu didatangi oleh kader-kader dakwah yang berbeda-beda dari kampus yang berbeda-beda. Dan ruang kestari menjadi ruang bersama untuk kumpul dan berbagi ilmu. Sama halnya seperti yang terjadi pada malam yang dingin itu, ruang kestari lagi-lagi dipenuhi oleh kader-kader yang mengerjakan pekerjaannya di meja kerja bersama. Hujan lebat baru saja reda, Wildan dan Suhenda masih anteng dengan netbooknya, begitupun dengan Badri yang...