Nilai rendah, kerap ditulis dengan tinta pena berwarna merah pada raport siswa di sekolah. Mendapat nilai merah tentu adalah hal yang memalukan bagi sebagian siswa. Sebagian lagi sudah terbiasa dan menganggap hal yang lumrah.
Tapi, Alhamdulillah saya belum pernah mencicipi nilai merah untuk mata pelajaran apapun. Malah, sejak kelas 1-3 SD, saya selalu rangking 1. Hanya saja kelas 4-6 SD mulai turun dikit-dikit, sebab saat kelas 4 SD, saya mulai menemukan warna dalam kehidupan. Yang jelas bukan warna merah pada buku raport. Hanya memang warna raport kita pas SD memang warna merah, merah marun.
Tinta merah pada nilai rendah, mungkin semacam pertanda bahwa seorang siswa harus lebih giat dalam menguasai mata pelajaran tertentu. Tinta merah, juga dipilih agar tampak jelas dan mencolok, mungkin agar mencolok mata wali murid, agar membantu pekerjaan guru di sekolah dengan bekerjasama mengajari anak-anaknya belajar di rumah.
Namun ada yang harus diwaspadai, jika semua nilai pada sebuah raport ditulis dengan warna merah, bisa-bisa siswa tersebut tidak naik kelas. Kalau sudah tidak naik kelas, repot kedepannya. Alhamdulillah mungkin era saat ini tidak ada lagi bahasa tidak naik kelas.
Raport merah, adalah sinyal agar mengulang dan belajar lebih giat. Tapi pernyataan ini apa tepat untuk pejabat yang diberikan raport merah, yang berarti boleh mengulang/menjabat untuk kedua kalinya?
Foto lawas, yang dimaksudkan untuk bupati, namun diterima oleh wakil bupati.
Komentar
Posting Komentar